Tautan Emosi dan Pikiranku

filsafat

Hukum Keteraturan

Entah, mungkin ini hanya pengalaman saya sendiri atau ada orang lain yang mengalami hal sama seperti saya.

Saya sering sekali mengalami hal apa yang disebut sebagai “ketidak berdayaan”. Biasanya kasus yang saya alami berkaitan dengan janji terhadap orang lain, dan juga berkaitan dengan segala sesuatu yang saya anggap sangat penting. Tiba-tiba flashdisk yang saya pegang terjatuh dan rusak seketika, padahal seumur-umur belum pernah sekalipun menjatuhkan flashdisk. Anehnya justru dengan flashdisk inilah peluang saya satu-satunya untuk menginstal sebuah game permintaan anak tetangga pada netbooknya besok sore. Kebetulan jenis netbook yg memang belum memiliki cd drive.

Yang lebih aneh adalah hal-hal itu tidak akan terjadi jika saya tidak memiliki perasaan menggebu-nggebu dan yakin bahwa saya berhasil. Tapi maaf, ini sangat subyektif. Ini hanya pengamatan dari pengalaman saya sendiri.

Beberapa kali saya mengalami kejadian yang sama sekali tidak bisa saya hindari. Seperti misalnya, saya pernah tidak memiliki pekerjaan sama sekali alias pengangguran. Ketika saya tiba-tiba ditawari satu pekerjaan oleh seseorang, dan disaat itu juga saya mendapatkan banyak tawaran pekerjaan dari orang lain dengan waktu yang hampir bersamaan.

Hal-hal seperti itu yang kadang membuat saya tak habis pikir dan harus berfikir dalam kerangka religius. Saya selalu bertanya, “ini maksudnya apa sih Tuhan?!. Tolong beri saya kemantapan untuk mengambil satu langkah saja”.

Menurut saya itulah yang dinamakan hukum keteraturan. Bahwa kita memang tidak punya kendali apapun dalam menentukan masa depan. Teori boleh mengatakan bahwa dengan sikap optimis maka segala sesuatu akan kita capai. Tapi kenyataannya berbicara lain. Ternyata kita memang sama sekali tidak bisa mengendalikan masa depan apalagi dengan bersikap pongah. Mungkin saja dalam jangka pendek kita seakan-akan telah berhasil memperoleh apa yang kita kehendaki. Namun disitulah sebenarnya hukum keteraturan itu sedang menyusun rencana untuk masa depan orang lain.

Ambil contoh begini, anda sedang menjalani sebuah job pekerjaan yang banyak menghasilkan uang. Dan ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Anda terasa sangat mudah mengumpulkan uang dalam satu tahun terakhir. Dan ketika anda pulang kampung untuk berlibur, tiba-tiba keponakan anda sakit keras dengan vonis dokter harus segera operasi. Anda satu-satunya orang dalam keluarga yang diharapkan membantu semua biaya semasa operasi dan pengobatannya. Lalu, jika anda berpikiran negatif, anda akan membenci semua ini. Tetapi jika berpikiran positif, anda akan menyadari “oh, inikah maksud dari semuanya. Dalam setahun ini saya mendapatkan uang dengan mudah. Ternyata semuanya untuk keponakan tercinta” nah!.

Memang, hukum keteraturan ini tidak bisa dibuktikan dengan ilmiah. Sama dengan keberadaan surga dan neraka yang tidak akan terbukti sebelum kita mencicipinya. Tapi saya sangat yakin dengan adanya hukum keteraturan ini.

Anda boleh percaya boleh tidak. Anda boleh mengatakan segala sesutu yang saya dapat adalah hasil dari jerih payah saya sendiri (banyak masyarakat urban professional yang bertypical seperti itu). Tapi segala sesuatu menyangkut keyakinan biasanya menunggu bukti, apalagi bagi kalangan yang hanya mengandalkan rasional sebagai satu-satunya petunjuk kebenaran. Saya ? maaf saya tidak seperti itu.

Siapakah pembuat hukum keteraturan ini ? saya yakin Dia adalah yang membuat jagad raya ini. Dia adalah yang mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi. Dialah yang mengetahui kapan flashdisk seseorang akan terjatuh hanya karena tersenggol selembar kertas.